Washington (ANTARA News)- Gedung Putih menggunakan Twitter untuk menjaga momentum dalam pemungutan suara Rancangan Undang-Undang (RUU) Layanan Kesehatan di Perlemen Amerika Serikat (AS), Minggu (21/3).
Menggunakan layanan 'microbloging' itu staf-staf Gedung Putih mengabarkan kepada para 'followers' mereka, setiap anggota parlemen dari Partai Demokrat yang akhirnya berubah pikiran dan memenangkan RUU yang diusung Presiden Obama itu, demikian dikutip Ross Colvin dari Reuters.
Pemerintahan Obama terus menggunakan media Internet seperti Twitter, YouTube, dan Facebook untuk secara langsung berbicara kepada rakyat AS dan memobilisasi masa akar rumput untuk mendukung ambisi legislatif Presiden Obama.
Pesan Twitter yang terbatas sampai 140 karakter saja mendekatkan rakyat dengan Gedung Putih yang selama ini dikenal ketat.
"Perkembangan ini logis karena ketika berkampanye mereka menggunakan layanan Internet dan video berbasis Internet untuk menyebarkan pesan secepat dan seluas mungkin," kata Dan Amundson, direktur riset Pusat Media dan Urusan Publik dari George Mason University, Washington, AS.
Secret Service Selidiki Ancaman Twitter
"Kebiasaan tradisional yang selalu dilakukan oleh orang-orang di Washington adakah mencoba berbicara melalui media...untuk berbicara langsung kepada masyarakat."
Juru bicara Gedung Putih, Robert Gibbs, yang baru saja menggunakan Twitter, menjadi berita pada 12 Maret lalu ketika menggunakan layanan itu untuk mengumumkan penundaan kunjungan Obama ke Indonesia dan Australia agar bisa fokus pada RUU layanan kesehatan.
Ketika ditanyai pada jumpa pers tentang penggunaan Twitter untuk menyampaikan pengumuman itu, Gibbs mengatakan, "Twitter adalah media yang cepat untuk menyebarkan informasi dan kami mungkin akan lebih sering menggunakannya."
Gibbs, yang mempunyai 42.000 follower, menulis di akunnya setelah UU layanan kesehatan diterima di parlemen, "Sekarang pukul 1.05 am dan akhirnya meninggalkan Gedung Putih, menghabiskan waktu berpesta dengan POTUS (Presidents of the United States)-- ia mengatakan pesta ini bukan untuknya tetapi untuk Amerika."
Kemudahan komunikasi yang ditawarkan oleh Twitter punya efek samping. Masyarakat yang kesal dapat dengan mudah mengancam tokoh publik, termasuk presiden.
Dinas Rahasia AS mengakui, Senin (22/3), sedang melakukan penyelidikan terhadap seorang blogger yang dilansir oleh Harian New York Times telah menggunakan akun Twitter-nya untuk mengajak orang membunuh Obama.
"Kita selamat dari pembunuhan Lincoln dan Kennedy. Sekarang kita akan sungguh-sungguh menempatkan satu peluru di kepala Obama," tulis si Blogger seperti yang dikutip harian itu.
Juru bicara Dinas Rahasia AS Malcolm Wiley mengatakan kepada Reuters bahwa ancaman itu sedang diselidiki tetapi ia menyangkal jika orang tersebut sudah diperiksa atau ditahan.
"Dengan pertumbuhan laman jejaring sosial kami telah melihat lebih banyak ancaman yang berasal dari sana. Itu adalah cerminan masyarakat," Wiley melanjutkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar